Friday 10 December 2010

Putus Sekolah

Kebanyakan dari anak-anak yang putus sekolah lebih mementingkan mencari uang ketimbang pendidikan. Banyak anak dibawah umur yang sudah mencari nafkah, dengan cara mengamen, meminta-minta, atau bahkan menjadi kenek suatus Bus Metropolitan di Jakarta ini. Saat mreka ditanyai "Adik sekolah?" dan dengan polosnya dan sambil cengar-cengir malu dia menjawab "Enggak, Kak!". Ketika ditanya "Kenapa gak sekolah? Kan seharusnya kamu sekolah bukan disini", dia menjawab sambil tersipu malu "Hmmmm.... Enakan nyari uang, Ka buat makan, buat jajan".

Mengambil salah satu contoh, berinisial TY. Dia anak berusia 13 tahun, yang seharusnya sekolah kelas 2 SMP tapi lebih memilih mencari kerja sebagai Kenek suatu bus umum Metropolitan Jakarta yang sangat kasar dan bringas ini. Dia akui bahwa mencari uang lebih enak dibandingkan belajar, karena dengan bekerja dia bisa mendapatkan upah dalam sehari Rp 70.000, jika dikumpulkan selama 1 bulan sudah mendapatkan uang lebih kurang Rp 2.100.000, tapi anak tersebut tidak sama sekali berniat untuk bersekolah. Padahal jika ia mau, ia dapat meneruskan sekolahnya dengan uangnya sendiri jika memang kedua orang tuanya tidak mampu membiayai sekolahnya, ya mungkin ada keperluan lain yang harus dipenuhi.

Betapa tragisnya kepedulian Pemerintah terhadap anak yang dibawah umur, yang seharusnya masih mengenyam masa pendidikan, namun harus berjibaku dengan keringat dan nyawa. Anak seusia dini sangat rentan dengan kecelakaan... Tidakkah Pemerintah melihat keadaan anak-anak yang berada di jalanan kota Jakarta yang super duper mempertaruhkan nyawa?!

Tidakkah ada penyuluhan dari Pemerintah? Atau mungkin memberikan pandangan kepada anak-anak tersebut yang seharusnya masih mendapatkan hak Pendidikan. Terkadang dari anak-anak jalanan tersebut sudah terpisah lama dari orang tuanya, yang mungkin tidak memiliki tempat tinggal dan hingga akhirnya diambil oleh sebuah Yayasan yang tidak jelas juntrungannya, yang intinya hanya mencari uang dari anak-anak tersebut. Haduwhhh... Bagaimana nasib pendidikan di Negara Indonesia ini jika dari Pemerintahnya saja tindakannya masih minim....

Dan satu hal lagi, Pemerintah dan perusahaan yang ada di Indonesia ini sebenarnya kurang menghargai status Pendidikan yang telah diselesaikan. Tidak seperti di negara lain, untuk tingkatan lulusan Sarjana di luar negeri sangat dihargai, namun di Indonesia, seperti sampah yang diinjak-injak. Tiada beda antara lulusan SMA, Sarjana Muda dan juga Sarjana. Walaupun jabatan orang tersebut tinggi, tapi masih kalah dengan pendapatan lulusan SMA sebagai SPG misalnya. SPG bisa mencapai dana selama 1 bulan lebih kurang sebesar Rp 2.000.000 dan hal ini sudah ditanyakan langsung kepada narasumbernya. Sedangkan D3 dan S1 gaji per bulan yang didapat Rp 1.300.000 itu bersihnya, jika ingin mendapatkan Rp 1.500.000 per bulan harus kerja ekstra. Itu yang saya rasakan saat ini....

Manakah penghargaan terhadap pendidikan yang setidaknya sudah susah payah mencapai kelulusan tingkat tinggi namun sama sekali tidak dihargai. Percuma kuliah bayar mahal dan percuma susah payah mengerjakan TA dan Skripsi jika hasilnya seperti ini...
Tidakkah Pemerintah melihat dan memandangnya?!! UMR ditetapkan Rp 1.100.000 namun di lapangan kenyataannya sangat berbeda...

No comments: