Sunday 1 February 2015

Sedih 310115

Sedih ketika seorang anak menceritakan Ayahnya. Ketika Ia menganggap bahwa Ayahnya tidaklah sayang dengannya. Padahal yang sesungguhnya terjadi bukanlah itu. Ya, malam ini kami menangis berdua, ketika anak berumur jalan 6th 11 bulan menceritakan bahwa "Aku ga sayang sama Ayah, Ayah kan ga sayang sama aku, Ayah suka nendangin aku". Dan saya pun hanya bisa bilang "Kata siapa Ayah tidak sayang sama Adli?" Yahh, Muhammad Fadliansyah namanya. Ia anak berusia belum genap 7 tahun, yang menjadi korban dari perpecahan Rumah Tangga kedua orang tuanya. Orang tuanya berpisah karena satu dan lain hal. Terlalu complicated urusan rumah tangga mereka, dan lagi-lagi saya katakan bahwa perpecahan ini korbannya adalah anak. Saya menjelaskan bahwa "Kalau Ayah ga sayang sama Adli, Ayah ga akan bela-belain cari uang buat Adli, Ayah ga akan ngurusin Adli waktu Adli sakit dan dibawah ke Rumah Sakit, Adli ga akan di operasi, dan mungkin Adli sekarang udah ga ada kalau Ayah ga sayang sama Adli". Ketika usianya baru 1 hari, Dokter memfonis bahwa jika dalam 1x24 jam anak ini tidak di operasi, maka nyawanya tidak akan tertolong. Saat ia lahir ususnya kepanjangan 30 cm, sehingga melilit dan tidak dapat mencerna pencernaan. Sehingga ususnya harus segera dipotong sepanjang 30 cm sesegera mungkin, karena anak ini tidak diperbolehkan minum susu sedikit pun setelah lahir, karena tidak dapat pup secara normal layaknya bayi yang baru lahir. Panjang perjuangan Ayahnya untuk mendapatkan Rumah Sakit, Hujan, Badai dilalui oleh Ayahnya. Karena Ayahnya bukanlah tergolong orang yang mampu, pekerjaannya hanyalah seorang security Gramedia. Dan si anak pun berkata "Kalau Ayah ga usahain buat aku, sekarang aku udah meninggal ya?". Aku pun terkejut ketika anak kecil ini mengerti soal meninggal?? Subhanallah... Sangat banyak yang sudah ia ketahui tentang kehidupan ini. Saya tak kuat menahan air mata yang sudah tergenang di mata, dan akhirnya jatuh juga air mata itu. "Tapi katanya Bunda, Ayah ga sayang sama aku? Katanya Bunda, Ayah kerja udah punya Bunda baru...", dalam hati hanya terucap, Astagfirullah... Seorang Ayah yang sedang mensucikan diri, seorang Ayah yang sedang membenahi dirinya di Gunung Jati agar mendapatkan ketenangan jiwa, dibilang memilih hidup dengan wanita lain. Rasa hati dan bathin ini tidak rela mendengarnya, tidak ikhlas mendengarnya. Lagi-lagi air mata ini membasahi pipi. "Adli... Ayah emang galak orangnya, tapi Ayah sayang banget sama Adli. Eh, tante mau tanya. Yang ajarin Adli Shalat siapa?", "Ayah" terangnya. "Itu supaya Adli Shalat terus doain Ayah terus. Makanya Adli harus rajin Shalatnya yha..." dan dia hanya menganggukan kepalanya. "Jangan dengerin kata-katanya Bunda yha... Bunda bilang kayak begitu karena Bunda kan lagi marahan sama Ayah. Iya kan?" dan ia berkata "Terus sekarang Ayah ada dimana? Tante ada nomor telepon Ayah ga? Aku mau ngomong sama Ayah". Dan saya hanya bisa berucap "Tante ga punya nomornya Ayah, teleponnya ga pernah diangkat". Kemudian seketika ia membalikkan kepala dan menangis. Sedih, mungkin ia merasa rindu dengan Ayahnya, setelah 3 bulan berlalu Ayahnya pergi tanpa kabar dan keterangan ada dimana. Terakhir yang saya tahu, ketika sang Ayah mengabarkan bahwa "Ayah lagi ada disini. Adli kalo di rumah nenek jangan main game terus, Adli belajar." Itu pesan sang Ayah melalui WhatsApp dan sang Ayah mengirimkan gambarnya sedang ada di Gunung Jati. Saya angkat badan anak itu dan saya peluk erat, "Adli gak boleh jadi orang yang pendendam yha... Adli harus baik sama orang lain. Kalau Adli ada yang jahatin, Adli ga boleh bales jahatin lagi. Adli cukup doain aja Ya Alloh, semoga orang itu diampuni dan berikan jalan yang benar. Biarin aja orang itu jahatin Adli, nanti biar Alloh yang bales. Soalnya Alloh ga suka sama orang yang punya hati pendendam, kalau dendaman nanti jadi penyakit Hati, Allah benci sama orang yang punya penyakit hati, nanti masuk neraka deh...." dan sekali lagi ia hanya menganggukkan kepalanya seraya mengerti. Kasihan anak itu, saya hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk anak itu. Seandainya saja saya bisa merawat dan membesarkannya sebagai orang tua asuh, saya ingin membesarkannya dan mendidiknya dengan benar. Ia anak yang kurang mendapatkan kasih sayang dari sang Bunda, yang ia dapat kasih sayang penuh dari sang Ayah. Kini sang Ayah pergi dan tidak tahu kapan akan kembali. Sang anak hanya mehan rasa rindu yang besar terhadap Ayahnya. Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk sang Anak dan juga sang Ayah. Dan semoga Allah membuka fikiran sang Bunda, agar tidak mendoktrin sang Anak.